Jumat, 27 Maret 2009

Bu Dos Pol ( Bu Dosen ): Perang Bintang di Langit Seragam Coklat?#links#links


Lampiran II :
Jakarta - Inspektur Jenderal Polisi Herman Surjadi Sumawiredja terpaksa minta pensiun dini. Tidak ada acara pisah sambut bagi mantan Kapolda Jawa Timur, yang rencananya pensiun pada Juni 2009 itu. Yang ada, Herman hampir saja digiring Provost dari Mabes Polri, karena dianggap telah mencemarkan nama institusi kepolisian."Dia hampir diseret provost karena buka mulut soal intervensi Mabes Polri soal kasus kecurangan Pilkada Jatim," jelas sumber detikcom, yang merupakan orang dekat Herman.Untungnya sang jenderal dapat dukungan dari teman-teman satu angkatannya (1975) di Mabes Polri. Sehingga provost tidak jadi menyeretnya ke Mabes.
Tindakan Mabes Polri terhadap Herman merupakan buntut dari peryataannya di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Senin 13 Maret lalu. Di sana, Herman menggelar jumpa pers soal adanya intervensi institusinya terkait kasus Pilkada Jatim yang sempat menyeret Ketua KPUD Jatim Wahyudi Purnomo sebagai tersangka.Herman menjelaskan, saat Pilkada Jatim digelar, Polda Jatim menemukan 345 ribu daftar pemilih tetap (DPT) di Bangkalan dan Sampang, yang memiliki DPT 1,24 juta suara, tidak benar alias akal-akalan. Ketika sudah ditemukan bukti, tim penyidik sepakat ada tindak pidana tentang pemalsuan DPT. Itu sebabnya, penyidik kemudian menetapkan Ketua KPUD Jatim sebagai tersangka.
Sayangnya, pembongkaran kasus tersebut bukan dianggap prestasi. Mabes Polri justru meminta Herman untuk membatalkan penetapan Wahyudi sebagai tersangka.Melalui Bareskrim Irjen Polisi Susno Duadji, Kapolri meminta Herman segera mengubah hasil penyidikan Polda Jatim. "Bikin kesalahan sekali-sekali nggak apa-apa lah," jelas sumber detikcom menirukan perkataan Susno kepada Herman.Perkataan Susno itulah yang membuat Herman tidak terima. Karena dianggap membangkang, Herman kemudian dicopot dari jabatannya sebagai Kapolda Jawa Timur dan dimutasi ke Mabes Polri. Karena perlakuan itu Herman akhirnya memilih mundur dari Polri. "Daripada makan gaji buta lebih baik mundur," begitu alasan Herman.Bagi Herman, penempatannya di Mabes Polri merupakan akhir dari karirnya sebagai polisi. Sebab selama jadi polisi ia banyak mengemban tugas di lapangan, bukan di staf.Dari informasi yang dihimpun detikcom, selama bertugas reputasi Herman nyaris tanpa cacat. Karirnya di jabatan strategis dimulai 1999, saat ia menjabat Kapolda Bengkulu. Setahun kemudian Herman ditunjuk sebagai Wakil Panglima Pengendali Aceh, 2000-2001.Usai bertugas di Aceh karirnya terus bersinar. Ia kemudian dipercaya menjadi Direktur Samapta Mabes Polri. Setelah itu ia menjabat Kapolda Sumatera Selatan. Dan tiga tahun terakhir ia menjabat sebagai kapolda Jawa Timur sampai akhir Januari 2009.
Selama menjabat Kapolda Jatim, Herman diketahui banyak melakukan terobosan. Di antaranya, dengan menerbitkan maklumat yang mengatur masalah pelayanan publik.Bukan itu saja. Dalam merekrut calon bintara Polri regular dan Akpol, Herman juga melakukan terobosan dengan melibatkan LSM dan akademisi. Cara ini sengaja dilakukan untuk menghindari praktek percaloan penerimaan calon anggota Polri.Tapi tidak ada gading yang tidak retak. Polda Jawa Timur saat dipegang Herman sempat disorot publik lantaran kasus salah tangkap di Jombang.Dalam kasus pembunuhan Asrosi, Polres Jombang menetapkan tiga tersangka, Imam Khambali alias Kemat, Devid Eko Priyanto, dan Maman Sugiyanto. Kemat dan Devid kemudian masing-masing divonis 17 dan 12 tahun. Namun putusan itu kemudian dianulir lantaran mayat Asrori ditemukan di belakang rumah Verry Idam Henyansyah di Dusun Maijo Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Jombang.Tugas Herman semakin berat ketika ia harus mengamankan hajatan Pilkada Jatim yang melibatkan banyak kepentingan politik. Pertarungan di Pilkada Jatim yang menurut sejumlah pengamat merupakan miniatur pemilu nasional, membuat Herman harus kerja ekstra keras.Namun akhirnya Herman tidak bisa berbuat banyak. Sekalipun ia sudah berusaha mengawal pilkada yang penuh intrik tersebut, ia tetap saja kena imbasnya.Langkahnya menetapkan Ketua KPUD Jatim sebagai tersangka dalam kasus penggelapan jumlah DPT, justru membuatnya masuk kotak. Yang membuatnya kesal, pimpinannya di Mabes Polri yang menjadi penyebabnya.Pengamat Kepolisian Universitas Indonesia (UI) Bambang Widodo Umar berpendapat, pengunduran diri Herman karena ada krisis kepemimpinan di tubuh Polri.Ia melihat keputusan Kapolri dianggap tidak tepat sehingga ditentang jenderal yang lain. Bambang khawatir, bila tidak segera diatasi, akan banyak jenderal yang mengambil langkah seperti Herman."Kasus ini baru sekarang terjadi. Ada seorang jenderal yang mundur dari polisi. Kalau sebelumnya hanya polisi yang berpangkat kolonel," jelas Bambang.
Dalam kasus mundurnya Herman yang terkait Pilkada Jatim, Bambang menilai, harusnya Kapolri tidak perlu intervensi. Sebab apapun langkah Kapolda terkait masalah Ppilkada, Kapolda bertanggungjawab ke Hukum."Tapi masalahnya, Kapolri berada langsung di bawah presiden sehingga institusi Polri dengan mudah diintervensi kekuatan politik. Misalnya kasus Kapolwil Banjarnegara, yang menginstruksikan jajarannya untuk memilih capres tertentu di Pemilu 2004," kata Bambang.
Di Pilkada Jatim kondisi serupa juga terjadi. Pasangan Soekarwo-Saefullah Yusuf yang didukung Partai Demokrat dan PAN diduga telah melibatkan para petinggi partai, di antaranya SBY, yang jadi Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Bukan tidak mungkin, sebagai pimpinan partai, SBY kemudian memerintahkan Kapolri untuk ikut campur dalam pilkada Jatim.Adanya intervensi SBY dalam kisruh Pilkada Jatim juga dicurigai sejumlah pimpinan parpol. Itu sebabnya Megawati, Wiranto, Prabowo dan Jusuf Kalla, berupaya meminta keterangan kepada Herman terkait kecurangan yang terjadi di Pilkada Jatim.Mereka khawatir kecurangan lewat DPT, seperti yang terjadi di Jatim merebak ke daerah-daerah lain saat pemilu nasional berlangsung.

Perang Bintang di Langit Seragam Coklat?

( Yang bingung: Mahasiswa Testee Placement Test Angkatan 54 :P)

Kasus Perang Bintang antar mantan Kapolda Jatim Irjen Pol Herman SS dengan Kapolri Jendral BHD (lihat lampiran bawah) soal DPT (Daftar Pemilih Tetap) rupanya merupakan topik hangat di mana-mana di Republik kita ini. Apalagi di tubuh institusi kepolisian termasuk juga di PTIK yang mahasiswa-mahasiswanya notabene adalah officers in uniform. Biar mahasiswa tapi masih polisi juga.
Dalam dunia pendidikan Bahasa Inggris di PTIK, maka hal ini tentu menjadi topik yang menarik juga, donk.. Intinya, dalam mengemukakan pendapat, kau harus mempunyai kosakata perbendaharaan bahasa Inggris dan juga structure serta mampu mengkomunikasikannya kepada lawan bicaramu. Semakin baik presentasi dalam mengemukakan pendapatmu, maka tentu saja your Score will be getting higher.

Maka pada Oral Test alias Speaking untuk Placement Test kali ini, diajukanlah topik tersebut. (Ini ide Bu Rohani,lho) hehe.
The question was just simple, " What is your opinion about what happened in Jatim (the conflict between Chief of INP , BHD, and the Head of District Police Command, Herman SS)?"

Mostly, the students answered that it is a political conflict. Some students pro Herman and some others joined BHD since he is their leader. Tapi kami encourage mereka supaya menyatakan what his personal opinion is. Jadi, ya banyak yang berbeda pendapat, lah.

.... (TBC)--> to be continued


Lampiran :
Jenderal Polisi Mundur, Buah Perang Antar Angkatan

Ditulis Oleh Detik.com, 20 Maret 2009
Sehari penuh Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mengadakan rapat, Kamis, 19 Maret 2009. Lembaga pengawas korps berseragam cokelat ini membahas konflik mantan Kapolda Jawa Timur (Jatim) Inspektur Jenderal Polisi Herman Surjadi Sumawiredja dan para petinggi Mabes Polri.Rapat itu kemudian sepakat membentuk tim investigasi yang dipimpin DR Erlyn Indarti dan Novel Ali. Keduanya akan terbang ke Jatim untuk menemui sejumlah kalangan, seperti akademisi, LSM, KPUD, dan Panwaslu. "Kami akan menganalisa semua temuan-temuan tersebut untuk dijadikan bahan masukan bagi Mabes Polri," jelas Novel Ali kepada detikcom.Salah satu persoalan yang akan ditelaah adalah soal dugaan intervensi Mabes Polri terhadap Kapolda Jatim terkait penyidikan kasus pilkada Jatim.Sebelumnya Polda Jatim menetapkan Ketua KPUD Wahyudi Purnomo sebagai tersangka kasus penyimpangan jumlah daftar pemilih tetap (DPT) di Sampang dan Bangkalan, Madura. Namun Mabes Polri kemudian mendesak Kapolda Jatim untuk membatalkan status tersangka Wahyudi.Desakan Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri (BHD), melalui Kabareskrim Susno Duadji dianggap Herman sebagai intervensi. Apalagi posisinya kemudian digeser dari jabatannya sebagai Kapolda. "Kami akan melakukan studi yang komprehensif dan obyektif, terutama tentang penafsiran soal intervensi," ujarnya.Dikatakan Ali, perbedaan pendapat antara Herman dan pimpinan Mabes Polri sebenarnya sangat positif. Sebab itu menandakan adanya keterbukaan di institusi tersebut. Bukan terjadi perpecahan.Namun sebuah sumber detikcom di Mabes Polri mengungkapkan sebaliknya. Menurutnya, perpecahan di korps kepolisian bukan hal yang baru. Konflik antara Herman dan Kapolri merupakan salah satu gambaran perpecahan tersebut.Kata sumber itu, langkah Herman untuk membeberkan masalah intervensi Kapolri terhadap kasus Pilkada Jatim, didukung sejumlah perwira, terutama yang satu lulusan dengannya, yakni angkatan 1975."Langkah Herman banyak didukung perwira menengah (pamen). Mereka sangat menganggumi sosok Herman yang bersih, cerdas dan berani. Sementara Kapolri didukung para jenderal, terutama yang satu angkatan dengan Kapolri BHD, yakni lulusan 1974," ungkap sumber tersebut."Perang" antar petinggi Polri berdasarkan lulusan akpol selama ini santer terdengar. Saat ini lulusan akpol yang mendominasi pimpinan Polri adalah angkatan 1974 versus 1975.Saat ini, jelas sumber tersebut, jabatan-jabatan strategis di Polri dikuasai angkatan 1974 yang dipimpin BHD. Sementara para perwira lulusan 1975 pelan-pelan tersingkirkan.Adanya faksi-faksi di tubuh Polri juga diakui Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta Sanusi Pane. Menurutnya, munculnya kelompok-kelompok di tubuh Polri sudah terjadi sejak 2000.Parahnya lagi, imbuh Neta, sejumlah elit banyak yang memanfaatkan perpecahan di tubuh Polri untuk kepentingan politik. "Menjelang pemilu kali ini Polri sangat rentan dimanfaatkan oleh kekuatan tertentu di luar Polri," ujar Neta.Pengamat kepolisian dari Universitas Indonesia (UI) Bambang Widodo Umar juga menyayangkan adanya pengelompokan d tubuh Polri. Pasalnya, munculnya kelompok-kelompok di Polri akan mengurangi tugas dan pengabdian institusi tersebut kepada masyarakat.Hal negatif lainnya, ujar Widodo, dalam perekrutan atau promosi jabatan di lingkungan Polri akhirnya tidak lagi berdasarkan merit system atau berdasarkan kapasitas dan kinerja. Melainkan kedekatan calon dengan para petinggi atau kelompok tertentu di Polri."Perpecahan yang terjadi di lingkungan petinggi Polri saat ini, salah satunya akibat perekrutan dan pengangkatan yang tidak berdasarkan sistem yang benar. Sebab umumnya hanya berdasarkan kedekatan dengan kelompok tertentu," pungkas Widodo.
/**/

Selasa, 03 Maret 2009

Penghuni Flat PTIK ...Believe it or not (1)

Flat @ PTIK itu. Lantai 3..

Believe it or not, flat di PTIK sudah tersohor ada penghuninya. Ya pasti pada cekikikan deh. "Ya iyalah, Mam. Lhah ini penghuni-penghuninya. Mahasiswa-mahasiswa PTIK" Hehehe, ya memang sich. Ya kalian itu penghuni flat PTIK. Di PTIK ada 4 flat khusus untuk mahasiswa, staf, dosen, dan beberapa untuk yang , maaf, nggak jelas siapa mereka...

Menurut prosedur, bila staf, dosen atau mahasiswa KIK, atau siapa pun yang ingin menempati sementara kamar flat, maka harus minta ijin resmi dulu pada Dirminwa lalu setelah disetujui, maka melalui Kadenma akan turun ijin nah baru bisa stay there. Itu prosedur resminya.. Nggak resminya? Ah, entahlah. Aku juga bingung, koq, hehehe... ;) Sudah lebih dari sejak Februari 2009 surat minta ijin tinggal di flatku yang tertanda diketahui Pak Ermiady, tersangkut di meja Kadenma dengan manisnya, padahal menurut staf Denma yang kutanya, kabarnya sudah ditandatangani Dirminwa,sudah disetujui, tinggal dikirim ke saya or flat untuk penempatan resminya. Tapi sampai sekarang koq aku nggak tahu kelanjutannya, ya? hehehe

Balik ke topik, soal penghuni. Sebagai anak polisi lulusan PTIK, di mana area PTIK ini adalah my playing ground sejak aku kecil, maka aku sering sekali mendengar cerita-cerita yang "aneh", kata orang, tentang penghuni flat-flat ini.
Bukan penghuni yang kasat mata, lho. Tapi yang yang "nggak kasat mata"
Di Flat C ini misalnya, ada seorang mahasiswa 49 bercerita padaku.
2007, ketika itu Jum'at malam, di mana kebanyakan penghuni, baca: mahasiswa-mahasiswa PTIK sedang menunaikan IBL. Mahasiswa asal Medan ini tidak IBL karena "dengan apa pula' aku bayar tiketnya,Mam? Habislah gaji awak, niii 'tuk balik ke Medan. Tak bisanya aku nanti balik ke PTIK, mam" Hehehe, maklum, AKP yang penghasilannya dari gaji ;). Lurus pula dia.:) Gaji 2 juta, satu tiket one way bisa lebih dari sejuta, soo?

Malam sudah larut diatas pukul 7, ia turun untuk keluar ke blok M sebentar guna membeli kaos kaki. Pukul 9 lebih ia balik ke kamarnya. Di dekat lift ia berjumpa dengan bapak pengurus laundry.
" Lho, bapak tadi bukannya sudah masuk di kamar?" tanya si bapak.
"Ah, aku ini baru saja mau masuk kamar. Bagaimana pula Bapak bisa bilang aku tadi di kamar?"si Mahasiswa terheran sambil mengerutkan keningnya yang lebar.
"Lha iku mau, istri bapak baruuu aja keluar dari kamar," sang laundryman keukeuh.
"Jangan macam-macam kau, Pak! Aku ini sendiri di sini. Tak ada istri aku di Jakarta. Tak ada wanita di sini. Itu teman-teman aku sudah IBL semua" kata mahasiswa ini tambah sengit.
Ternyata si Bapak laundryman lebih ngotot lagi, "Iya saya tau!!! Tapi tadi istri Bapak keluar dari kamar Bapak!! Rambutnya sepunggung. Kamar bapak itu kan yang paling pojok kanan, kan? Saya tau, lho, Pak?! "
Mahasiswaku mendelik mendengarnya. Kamar-kamar sekitarnya kosong. Di lantai itu hanya dia sendirian yang tinggal. Mahasiswa-mahasiswa 49 lainnya? sudah kebanyakan IBL. Ini kan libur panjaang?? Lhah kalo begitu siapa wanita yang berambut sepunggung yang keluar dari kamarnya tapi tidak selisipan dengannya ketika keluar dari lift menuju ke kamarnya? Jangan-jangan...
Bapak laundry yang dipendeliki oleh si AKP ini rupanya juga berpikiran sama. Dengan berjengit dia mengkedikkan bahunya dan buru-buru ngacir " hiii... blaik!! Amit-amit jabang bayik!! Mosok ketemu...??"
Si AKP juga jadi mengkirik bulu kuduknya. Tapi mau kemana lagi? Dia cuma punya kamar ini satu-satunya untuk tinggal di Jakarta. So.. ya .. tidurlah dia disitu.
Besides, masak sih polisi takut hantu? hehehe...

TBC (To Be Continued) : Penghuni PTIK...Believe it or Not (2)

Minggu, 01 Maret 2009

kebersamaan itu..(2)


Kelas B Angkatan 51:





Pernah kutulis, bahwa terkadang ada rasa kasih tak terlihat antara aku dan mahasiswa-mahasiswaku layaknya banyak guru pada muridnya. rasa itu selalu kuberikan dengan ikhlas kepada mahasiswa-mahasiswaku sebagai seorang ibu dosen. Aku takkan mengharapkan materi atau apa kepada mereka kecuali doa agar mereka menjadi orang yang berguna bagi nusa bangsa, agama, masyarakat dan segala. Bila kemudian ada yang sudah menjadi petinggi negara atau POLRI dan kemudian "buang muka" (atau istilahnya bu Rohani "pasang pantat". Hehehe, apanya,Bu, yang dipasang ?) kepada kami, maka hanya senyum doa agar mereka sukses dan lebih, yang kami panjatkan kepada Allah ya Azis. Bila mereka masih mengenal kami sebagai dosennya, maka airmata syukur dan doa tulus pula yang kami pujikan, Subhanallah, maha Suci Allah yang Maha baik dan Maha Pemurah, bahwa mereka dengan rendah hati masih mau mengenal dosen tua yang pernah memberi mereka bekal ini.
---------------------

Dii friendsterku (vestyarela), ada seorang mahasiswa yang mengirimkanku message. Anonym, hanya huruf singkat "m" yang menjadi identitasnya. Entah mengapa..

Inilah copy dari message nya:

"Ijin. Ini ibu dosen aku yang paling baiiiik. Ijin,Mam. Kami dari 39B. Masih inget nggak, Mam?
Waktu itu Mam lagi ngajar serius mendadak ada yang ngobrol.. Tiba-tiba Mam menitikkan air mata. Kami diam, kami kira Mam marah.. ternyata airmata itu untuk kami.. Mam sedih dan lalu mengalunkan surat Wal Asri.Demi Masa..Sesungguhnya rugi kami kalau menyia-nyiakan waktu.Kami terpekur. Lalu Mam menanyakan apa Mam tak enak mengajarnya.Mam!!Asli!!Bukan itu maksud kami, Mam! Mam enak kali ngajarnya, mau mengerti kami, tak pernah marah karena kebodohan kami dan yang nakal2 dari yang godain Mam kami yang cantik ini sampe yang ke toilet 7 kali.(Bukan karena apa-apa lo,Mam!Hahaha).Mam tawarkan apa mau ganti dosen yang lain.Ya tak mauuulah kami!!Mana mau kami sama dosen yang cari enak waktunya saja tinggal2kan kami diganti waktu seenak udelnya dia.Bagi kami Mam is the best!!Hehehe.Ingat juga, gak,Mam.Waktu bener2 ada ganti dosen, kami tak mau dan aksi demo duduk2 diteras.Hahaha,nakal ya kami Mam?
bagi kami Mam udah cocok,koq.Terus laen hari ada mati lampu!! Ingat,Mam? Mam tanya apa kami mau pulang saja apa mau terus belajar? Kami jawab tak mau dan kami malah pakai lampu HP untuk membaca file kuliah.Wah..Mam nangis lagi!!Hahaha!!Terharu, ya, Mam? Mam masih ingat gak? Kami pengen tau ultah Mam,kami tanya ke Mindik eh, ternyata ultahnya September!! Minggu itu juga!!Langsung besoknya kami pesan kue, dan simsala bim!!Waktu Mam ngajar ada kue tart coklat di atas meja Mam. Hehehe!!Mam kaget lagi!!Kan? Mam tak percaya kami sayang Mam.Kami tak butuh soto, Mam!!Kan Mam bilang tak suka soto!!Hahaha!!Lagian Mam galak kalo ngawas ujian. Masih begitu gak, Mam? Jangan galak-galak, Mam!! Gak semua mahasiswa PTIK sepintar kami!!Hahaha.Mam,jangan sedih,ya..Mam bilang ikhlas kalo dilupakan sama murid2nya..karena begitulah tugas guru,mengantarkan mahasiswanya ke gerbang kesuksesan.Tapi gak semua lupa kan,Mam?Ini aku ingat,tapi tak usah tahu dulu aku yg mana.Ntar juga tau..Siap,Mam.C U ibuku...


Saya tak tahu, hingga kini. siapa si "m" ini. Namun siapa pun andika, saya tetap mendoakan dengan segenap hati, agar selamat lahir batin..
Pengalaman ini tetap akan menjadi "my unforgettable experience as a PTIK lecturer"
Amien..

internet connection that connects us

Agung Yudha AN




M. Reza




Yang namanya cyberworld alias dunia maya, dalam hal ini internet, telah menghasilkan banyak hal terutama connection. Membuat seseorang terhubung dengan orang lainnya, baik dari satu ujung dunia ke ujung dunia lainnya, maupun dari satu box warnet ke box sebelahnya dalam satu warnet, :)).




Dengan alasan itu pulalah, aku belajar internet pada awalnya, tahun 2001. Itu pun karena dorongan suamiku,- yang sangat ingin melihat istrinya tidak gaptek -,hehe

Atas ajakan Fitri, temanku asdos (alm)Pak Parsudi Suparlan ketika itu, dan desakan dari mahasiswa-mahasiswaku, maka aku membuat profile di Friendster (padahal aku sempat mengolok FS sebagai mainan abg, lho, hehehe). Bahkan kemudian atas ajakan teman SMA 6 ku juga, Niniek P, aku membuat profile di facebook (wah, tuman ki!). Ternyata cukup ampuh juga dan kini aku mengetahui bahwa di fb aku bisa lebih intens berkomunikasi dengan banyak orang, tak hanya teman, murid, dan keluarga, namun juga ada bakal mahasiswa! nah lho!


Ceritanya, Januari 2009, adalah tutorial untuk mahasiswa PTIK angkatan 54. Aku menjadi seorang tutor bersama 20 orang kolegaku, -yang terdiri dari beberapa perwira polisi dari Kombes hingga Ipda sampai dosen- selama beberapa hari. Pada hari ke dua, ketika aku sedang bergegas berjalan menyusuri lorong menuju kelas di mana sindikatku menunggu, tiba-tiba seorang peserta tutorial berlari ke arahku dan berteriak "Ibu!".
Aku menoleh dan mendongak ke arah cowok itu (habis tinggi,siih..;-p). Seorang lelaki nearly plontos, agak hitam terbakar matahari akibat outbond, tinggi menjulang di depanku dengan seragam lapangan, outbond, tanpa emblem apa-apa kecuali name tag bertuliskan "AGUNG YUDHA AN". Siapa, yaa? Aku memeras memoriku, mencoba mengingat siapa mahluk di depanku ini. Namanya sih mengingatkanku pada my friend in...



"Ibu..Bu Esti, kan Bu?" mahluk itu membuka cakap.
"Eh, iya. dan kamu?" jawabku confusely.
" Saya Agung Yudha, Bu. Salam kenal". Lho?
"Terimakasih, dan kamu..?" kataku mengulang kata like a dumb saking bingungnya.
"Saya Agung, Bu. Kita pernah ketemu di " "facebook!!" seruku menindih ucapannya sehingga nama milis itu terucap bersamaan.
Ia tertawa.
"Lalu maksudmu sekarang dengan aku apa?"
Gantian dia yang bingung.. "Yaa.. mau kenalan aja, Bu" Pasti takut dia kalau kukira ada udang di balik rempeyek :P
"Ooooh, karena facebook ini?" seruku senang.
"Iya, Bu" serunya senang seolah aku berhasil menebak bahwa kelincilah yang keluar dari topi sulapnya, instead of anak ayam.
"Pantesann.. kemarin saya lihat kamu di kantin auditorium, melihat namamu seperti kenal "
We laughed happily. Ada rasa terjalin keakraban yang tidak kami jajak sebelumnya. "Okay, hope to see you in my class"
Ia mengangguk sopan dan berlalu.

See?



Beberapa malam kemudian, kuketik di statusku di facebook. "facebook ternyata membuatku jadi kenal calon mahasiswa"


Eh, esoknya, ada comment dari salah satu friendku, " Termasuk saya, ya Bu?. hehehe"


Haaa? M.Reza? You,too?




Weleh!









What a small world!

































Suatu