Kamis, 08 Desember 2011

Empat Prinsip Moral Jepang Kepribadian dan karakter moral rakyat Jepang dibentuk sedari mereka kecil. Prinsip moral yang mereka anut berasal dari kebudayaan samurai Jepang yang terdiri dari empat elemen moral, yaitu On, Gimu, Giri dan Ninj?. Menurut staf kebudayaan dari Japan Foundation Indonesia, Hashimoto Ayumi, saat dihubungi VIVAnews, keempat unsur ini tidak diajarkan di bangku sekolah. Namun, secara otomatis didapat dari orang tua maupun masyarakat sekitar. On, berarti rasa hutang budi. Dengan prinsip ini, seseorang akan merasa berutang setiap kali orang lain berbuat baik padanya. “Jika seseorang berbuat baik kepada kita, maka kita merasa harus membalas kebaikannya tersebut,” kata Hashimoto. Gimu, berarti kewajiban. Jika seseorang berhutang budi, maka kita akan berkewajiban untuk membayarnya. Giri, adalah kebaikan. Dengan prinsip ini, seseorang akan membantu temannya atau keluarganya semampunya. “Jika kita mempunya teman dekat dan dia butuh pertolongan, maka kita akan membantunya dengan cara apapun,” kata Hashimoto. Ninjo, adalah rasa kasih sayang. Prinsip ini mengajarkan rasa empati terhadap sesama. Dengan prinsip ini, seseorang akan merasa semua manusia adalah satu dan sama, di bawah perbedaan yang telah diatur oleh karma. Wartawan media Jepang Jiji Press, Masakatsu Ishii, mengatakan bahwa empat unsur ini adalah semacam kewajiban sosial yang harus dimiliki oleh setiap rakyat Jepang. Masakatsu menjelaskan bahwa sekolah dasar di Jepang tidak mengajarkan pelajaran agama, hanya pelajaran moral satu jam setiap minggunya.Kendati demikian, empat prinsip moral tersebut terbentuk di lingkungan sekitar seorang anak. “Konsep ini memang tidak diajarkan di sekolah, namun diterima dan dipraktekkan langsung dari lingkungan,” kata Masakatsu.

Read more at: http://www.ikadanewsonline.com/2011/12/4-prinsip-moral-jepang-yang-patut-di.html
Copyright http://www.ikadanewsonline.com/ Under Common Share Alike Atribution
Empat Prinsip Moral Jepang Kepribadian dan karakter moral rakyat Jepang dibentuk sedari mereka kecil. Prinsip moral yang mereka anut berasal dari kebudayaan samurai Jepang yang terdiri dari empat elemen moral, yaitu On, Gimu, Giri dan Ninj?. Menurut staf kebudayaan dari Japan Foundation Indonesia, Hashimoto Ayumi, saat dihubungi VIVAnews, keempat unsur ini tidak diajarkan di bangku sekolah. Namun, secara otomatis didapat dari orang tua maupun masyarakat sekitar. On, berarti rasa hutang budi. Dengan prinsip ini, seseorang akan merasa berutang setiap kali orang lain berbuat baik padanya. “Jika seseorang berbuat baik kepada kita, maka kita merasa harus membalas kebaikannya tersebut,” kata Hashimoto. Gimu, berarti kewajiban. Jika seseorang berhutang budi, maka kita akan berkewajiban untuk membayarnya. Giri, adalah kebaikan. Dengan prinsip ini, seseorang akan membantu temannya atau keluarganya semampunya. “Jika kita mempunya teman dekat dan dia butuh pertolongan, maka kita akan membantunya dengan cara apapun,” kata Hashimoto. Ninjo, adalah rasa kasih sayang. Prinsip ini mengajarkan rasa empati terhadap sesama. Dengan prinsip ini, seseorang akan merasa semua manusia adalah satu dan sama, di bawah perbedaan yang telah diatur oleh karma. Wartawan media Jepang Jiji Press, Masakatsu Ishii, mengatakan bahwa empat unsur ini adalah semacam kewajiban sosial yang harus dimiliki oleh setiap rakyat Jepang. Masakatsu menjelaskan bahwa sekolah dasar di Jepang tidak mengajarkan pelajaran agama, hanya pelajaran moral satu jam setiap minggunya.Kendati demikian, empat prinsip moral tersebut terbentuk di lingkungan sekitar seorang anak. “Konsep ini memang tidak diajarkan di sekolah, namun diterima dan dipraktekkan langsung dari lingkungan,” kata Masakatsu.

Read more at: http://www.ikadanewsonline.com/2011/12/4-prinsip-moral-jepang-yang-patut-di.html
Copyright http://www.ikadanewsonline.com/ Under Common Share Alike Atribution
Empat Prinsip Moral Jepang Kepribadian dan karakter moral rakyat Jepang dibentuk sedari mereka kecil. Prinsip moral yang mereka anut berasal dari kebudayaan samurai Jepang yang terdiri dari empat elemen moral, yaitu On, Gimu, Giri dan Ninj?. Menurut staf kebudayaan dari Japan Foundation Indonesia, Hashimoto Ayumi, saat dihubungi VIVAnews, keempat unsur ini tidak diajarkan di bangku sekolah. Namun, secara otomatis didapat dari orang tua maupun masyarakat sekitar. On, berarti rasa hutang budi. Dengan prinsip ini, seseorang akan merasa berutang setiap kali orang lain berbuat baik padanya. “Jika seseorang berbuat baik kepada kita, maka kita merasa harus membalas kebaikannya tersebut,” kata Hashimoto. Gimu, berarti kewajiban. Jika seseorang berhutang budi, maka kita akan berkewajiban untuk membayarnya. Giri, adalah kebaikan. Dengan prinsip ini, seseorang akan membantu temannya atau keluarganya semampunya. “Jika kita mempunya teman dekat dan dia butuh pertolongan, maka kita akan membantunya dengan cara apapun,” kata Hashimoto. Ninjo, adalah rasa kasih sayang. Prinsip ini mengajarkan rasa empati terhadap sesama. Dengan prinsip ini, seseorang akan merasa semua manusia adalah satu dan sama, di bawah perbedaan yang telah diatur oleh karma. Wartawan media Jepang Jiji Press, Masakatsu Ishii, mengatakan bahwa empat unsur ini adalah semacam kewajiban sosial yang harus dimiliki oleh setiap rakyat Jepang. Masakatsu menjelaskan bahwa sekolah dasar di Jepang tidak mengajarkan pelajaran agama, hanya pelajaran moral satu jam setiap minggunya.Kendati demikian, empat prinsip moral tersebut terbentuk di lingkungan sekitar seorang anak. “Konsep ini memang tidak diajarkan di sekolah, namun diterima dan dipraktekkan langsung dari lingkungan,” kata Masakatsu.

Read more at: http://www.ikadanewsonline.com/2011/12/4-prinsip-moral-jepang-yang-patut-di.html
Copyright http://www.ikadanewsonline.com/ Under Common Share Alike Atribution

Senin, 05 Desember 2011

Gugur lagi Polisiku..

 Gugur lagi Polisiku..




Langit kepolisian mendung lagi..
Dua orang anggota brimob tertembak yang menyebabkan gugur di dalam tugasnya di Papua..Mereka dihadang oleh kurang lebih 10 orang yang diperkirakan dari OPM ..Penghadangan terhadap anggota Brimob itu,  berawal ketika mereka akan mengevakuasi 2 anggota Brimob yang sakit Malaria di Pos Tingginambut. Saat perjalanan menuju Mulia mereka dihadang. Mereka pulang menjemput 2 orang anggota Brimob yang sakit di pos Tinggi Nambut. Setibanya di tempat kejadian di Kali Semen Kampung Wandigobak Distrik Mulia kabupaten Puncak Jaya, dihadang dan ditembaki OPM,"










 Kejadian penembakan atau tepatnya penyerbuan dan pembunuhan terhadap anggota Polri yang bertugas di Papua bukanlah kali ini saja terjadi. Sebelumnya ada Bripda Musa, Bripda Ridwan, Kapolsek Mulia di Puncak Jaya, Papua, Ajun Komisaris Polisi Dominggus Oktavianus Awes, dan lainnya maaf saya hilang hitungan.. Saya bukanlah pengamat politik dan keamanan apalagi yang selalu memperhatikan Papua. Namun begitu tetap saja saya concern. Karena Papua adalah bagian dari negara saya, Republik Indonesia..dan Polisi adalah di mana saya mingle..
Karenanya saya sangat sedih bila ada seperti ini..Memang para anggota yang tewas/gugur itu kabarnya akan dinaikkan pangkat. Tapi apalah artinya pangkat yang hanya naik satu tingkat itu dibandingkan dengan kebahagiaan berkumpul dengan keluarga dan terutama nyawa? Seringkali, bahkan penghargaan sangat seret keluarnya.Berapakah kenaikan gaji janda dari anumerta briptu jadi Brigadir ?anumerta,pula. Siapa yang mau naik pangkat dengan cara itu? tetep aja biar jadi jendral sekali pun tapi kalau disuruh tewas ditembak dulu. Siapa yang mau?

Sedemikian, para aktivis HAM menganggap kematian mereka adalah RESIKO TUGAS.. Benar bahwa ada hal yang harus diselesaikan di Papua. Sesuatu yang merupakan warisan keburukan turun temurun.. Entah dosa siapa hingga kekayaan bumi Papua mengalir deras ke tempat negara si penghisap, bukan tuk kesejahteraan negara kita. Paling juga menggembungkan tabungan orang2 tertentu.
Benar bahwa PT Freeport yang dilindungi itu telah membayar Polri. Tapi siapakah yang menerima? apakah insentif yang diterima para anggota Polri itu worthed? Sepadan dengan nyawa mereka? Apa artinya nyawa mereka bisa dibeli? Siapa siapa yang perlu perlindungan sekarang? Saya tak mengatakan bahwa para pembela Papua itu tak layak diperhatikan tapi coba lihat secara lebih objektif lagi. ..

Seorang kawan saya di Komunitas Cinta Polri mengulas ada 3 sumber konflik: yakni Distorsi sejarah, masalah ketidak adilan, dan masalah soal represifnya tindakan pemerintah pusat.

_____________

TIGA PERSOALAN UTAMA YANG JADI SUMBER KONFLIK DI PAPUA

(Silakan dikomentari dengan fikiran jernih, namun bukan untuk dijadikan perdebatan, karena kita sama2 mencari, menawarkan dan membantu memberikan solusi kepada Pemerintah kita demi keutuhan Bangsa)


ISU kemerdekaan yang diusung sebagian kelompok masyarakat Papua, adalah bentuk kemarahan dari berbagai persoalan yang terjadi di Papua. Tercatat, ada tiga persoalan utama yang menjadi sumber konflik, dimana bila pemerintah bisa mengatasi tiga persoalan itu, maka kemerdekaan Papua akan sulit terwujud.

Pertama yang jadi sumber konflik ialah adanya distorsi sejarah. Ini sumber konfliknya, banyak warga Papua yang yakin Belanda telah memberikan kemerdekaan pada Papua tahun 1960, sedang RI baru masuk tahun 1961. Setelah perang Dunia II berakhir, Belanda melihat gelagat adanya tuntutan kemerdekaan, sebab itu Belanda berikan kemerdekaan pada tahun 1960. Sebagian kecil warga merasa mereka sudah merdeka. Barulah RI masuk, dan menyatakan semua jajahan Hindia Belanda jadi bagian Indonesia. Di sini terlihat jelas, konflik Papua bercampur baur, mulai dari sejarah politik dan bisnis. Mengapa sejarah bisnis? Karena pada tahun 1967, dua tahun sebelum Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) Papua tahun 1969 Freeport masuk ke bumi Cenderawasih. Saat itu Papua bisa dikatakan belum sepenuhnya berada di bawah kekuasaan RI. Ketika kekuasaan di Papua kosong inilah, masuk Freeport yang juga berkepentingan di Papua.

Persoalan kedua yang jadi sumber konflik, adanya masalah ketidakadilan. Mereka belum mendapat banyak dari hasil kekayaan sumber daya alam yang dimiliki. Ini menyangkut persoalan ketidakadilan yang diterima oleh orang Papua.

Ketiga yang membuat persoalan konflik Papua tak pernah selesai, yakni tindakan represif pemerintah pusat. Tak jarang tindakan aparat menimbulkan pelanggaran berat HAM.

Bila ketiga persoalan ini bisa diselesaikan, maka isu-isu mengenai kemerdekaan Papua Insya Allah bisa diredam. Walaupun saat ini berbagai macam solusi, seperti tawaran dialog dan pendekatan budaya, tetapi tetap belum bisa, karena masing-masing pihak yang berkonflik masih saling keras. Penyelesaian lewat ekonomi ga’ nyambung, politik ga’ jalan, budaya pun tak berkembang. Jadi harus pakai cara apa? Adakah solusi terbaik? - RED
 
_______________________
Sekali lagi saya bukan orang yang berkompeten dalam hal ini. Saya tak tahu bagaimana harus mengatasinya.. Saya hanya berharap seandainya saja ada win-win solusion, dimana tak perlu ada korban jiwa dari pihak mana pun.. Saya hanyalah seorang dosen yang bekerja di kepolisian. saya amat tak rela dan sangat bersedih bila suatu ketika mendapat sms atau kabar dari mantan mahasiswa saya yg bertugas di sana. Rasanya saya benar-benar adalah seorang ibu dari dia yang di tempat konflik. Dan ibu mana yang rela anaknya TEWAS TERBUNUH untuk sesuatu yang tidak dia lakukan? Ketika seorang mantan mahasiswa saya, almarhum AKP Fuadi Khalis tewas dibacoki dalam menggerebek Imam Madi di Sulteng, maka serasa salah satu anak saya meninggal.  Masih teringat perjumpaan terakhirku dengannya. Di mana ia menjabat tanganku dengan hangat dan dengan senyum lebarnya yang khas ia ucapkan,"Terimakasih,Mam atas bimbingannya, Tenang saja, saya akan memberantas kejahatan. Mohon doanya,Mam".Duuh... Hingga bermalam-malam aku menangis di sudut terkenang dia. Hanya shalat gaib yang dapat kusampaikan....
Kini salah satu putra terbaik itu telah tiada. Sulteng mereda namun kini Papua membara.. Apakah masih akan ada putra bangsa lagi yang berguguran ?
Duh, pemerintah atau siapa pun.. Brimob juga manusia.

Sila simak goresan  curahan hati seorang bintara polisi di bawah ini..
___________
Maaf Teman.. ini Ungkapan Jiwa Korsa Kami Bintara Polri, yg tdk setuju di delete aja.
Ungkapan dr hati kami yg sedih Semoga Pimpinan kami bs tau dan mengambil langkah2 terbaik bagi kami saat brtugas dilapangan, yg dimana para pimpinan kami cm tau Perintah srta memerintah.
Bila mana tugas kami berhasil..tetap dipertahankan, kalau gagal dimutasikan.

Mengenang Jasa para Prajurit Polri yg tewas ditanah Papua dan diseluruh NKRI dlm melaksanakan tugas sebagai Abdi Masyarakat, Bangsa dan NKRI.
Yang dianggap Komnas HAM cuma resiko tugas.

Hari ini Aku Berkata tentang hari ini yang indah, tentang angin dan hujan yang menghujani bumi, dan tentang kata dari hati yang terberi.

Kawan kami mati demi sebuah Perintah & Tanggung jawab krn tugas untuk negara. Kami tgs Tanpa HAM kawan, kami dipukul dan dibunuh.. Kami dianggap itu resiko tugas.. Tp bila kami dipukul trus melawan balik..kami dianggap melanggar HAM.. Adilkah ini Kawan..? Ingat kawan, Kami juga adalah Manusia biasa punya rs sakit dan trluka.. Kami tdk prlu sebuah penghormatan, kecuali dr kami yg sama² bersimpati..

Mungkin diantara teman/saudaran kalian juga adalah Anggota Polri.. Jng lihat dia trsenyum..jngan lihat dia gembira.. Tp lihat dia bersedih pd saat saudara Korpsnya meninggal dng resiko tugasnya..

Suara alunan nurani terlantun dr kata hati kawan kami di sana. Dia cuma berkata, "dimanakah Nurani kalian ?"
Di saat kami tinggalkan keluarga, anak2 kami, dan Istri kami tercinta. Di saat kami kembali dengan tubuh yg tak lagi bicara. Di saat kami terpendam dlm tanah yg hny sisakan kenangan ?


. ~Salam dr kami Bintara Polri~
 
  NB:
Terimakasih tuk teman-teman di Komunitas Cinta Polri@ Facebook.; Skm Buser,, Rahmat Triple R, dan teman-teman yang opini dan curhatnya imagenya saya pakai di sini. Semoga berkenan.. Terimakasih

Sabtu, 28 Mei 2011

Cool Polwan


Cool Polwan


Pol wan.. Polisi Wanita, walau Polisi tetap wanita. Bila kita di jalan, maka dan melihat seorang polwan yang manis apalagi, tetap saja mata ini mau atau nggak, akan terlekat padanya..

Polwan tampak gagah namun tetap anggun dalam seragamnya. Kelihatan tegas berwibawa kalau menurut aku.

Polwan walaupun seorang polisi tapi tetap wanita. Banyak diantara mereka yang kini menjadi seorang ibu, mahluk mulia yang melahirkan insan baru penerus generasi bangsa. Sebagai seorang Ibu saja sudah amat sangat banyak tugas yang ada di pundaknya, apalagi ditambah dengan tugas seorang polisi. Sebagai seorang wanita, saya sering berpikir,"Entah mengapa apakah karena dianggap sebagai kodrat seorang perempuan, maka jarang sekali seorang polwan menjadi seorang pemimpin di wilayah dalam arti di bagian reskrim, kapolsek/kapolres dan lain lain. Apakah dianggapnya karena seorang wanita itu sebaiknya taruh di tempat yang ‘lembut-lembut’, seperti diklat, staff, atau bahkan kini sebagai anchor di TV?" Coba hitung, dari ratusan jendral, ada berapa polwan yang menjadi Jendral? Baru lima orang polwan yang saya ingat menjadi Jendral. Brigadir Jenderal Polisi Paula Batoana, Brigjen Jean Madagi, dan Brigjen Noldi Rata, juga ada Brigjen Rumiah

yang pernah menjabat sebagai Kapolda di Banten,serta menjadi polwan pertama yang menjadi Kapolda.

Sementara para polwan jendral terdahulu sudah pensiun, maka yang terakhir adalah Brigje
n Pol Basaria Panjaitan yang kini bertugas sebagai pengajar (widyaiswara) Sekolah Staf dan Pimpinan Polri (Sespim) di Lembang. Beliau kini jadi satu-satunya polwan yang brigjen di Indonesia. Dari ratusan mahasiswaku yang di PTIK pun tak banyak polwan yang masuk sebagai mahasiswa. Mungkin mereka kebanyakan di Sepolwan. Padahal, kehadiran Polwan sungguh menjadi peyegar mata dan penyemangat hatiku sebagai seorang dosen yang suka akan emansipasi wanita.

Apakah kelak ada polwan yang pangkatnya bisa lebih dari Brigjen? InsyaAllah..

Apa pun, saya tetap sayang dan salut pada Korps yang lahir pada 1 September 1948 ini.